Ad Code

Responsive Advertisement

Jurnalisme versus sastra

Dunia pers atau jurnalisme kita, sedang membangun fantasi baru dalam mengeksplorasi data. Mereka tidak hanya bergumul di dalam data faktual, melainkan telah merambah pada “fakta-fakta alternatif”, “fakta manipulatif”, “fakta virtual”, hingga “fakta viral”. Ini mungkin akan segera merembes ke dunia akademik—sebuah holokaus (holocaust) yang memorak-porandakan kenyataan realitas. Tetapi tentu saja, kita masih dapat berharap kepada sastra: ia memang tidak bergumul dengan “fakta”, melainkan dengan “kebenaran”.

Semua kalangan akan sepakat, bahwa apa yang kita sebut “sastra” adalah fiksi alias non-ilmiah, karena ia tidak bergumul dengan data-data, statistika, laporan berita, referensi traktat, dan semisalnya. Akan tetapi, pada momen ketelanjangan, sastra menyelam dengan ombak kebenaran (dalam kehidupan). Orang akan menyangkal bahwa sastra hanyalah fiksi yang diolah dari mesin imajinasi.

Aku akan melempar tanya, “Apakah sekarang jurnalisme tidak sedang dicetak oleh viral imagination yang binal? Apakah ia sungguh-sungguh bebas sponsor sehingga tidak ada cengkeraman tangan gurita yang menyetirnya?”

15/2/2018



Posting Komentar

0 Komentar