Ini dia baru datang, siap kubaca dengan merayakan pesta keripik gadung sampai mabuk. Belum juga kubuka sama sekali, darahku sebagai murid penyair obskur langsung berkobar, dan ini puisi yang menguap dari kuku dan kulitku
Kaleng, bezulbab
bezulbab, rombeng
Satu langkah
menuju gerobak sampah
Keindahan, rongsokan, sampah, dan aku—adalah satu jiwa
Bezulbab,
bezulbab, bungkus Nutrisari tergeletak terbuka di sana
Memancarkan ilham
rasa kelapa muda
Sungguh lapar
anak-anak negeri ini,
ingin makan gado-gado jangkrik,
adanya hanya urap-urap rumput
Bezulbab bezulbab,
tong sampah!
Tempat semadi
orang-orang kuno
tempat para penyair memungut tulang ikan
pindang
Rantang, bezulbab
bezulbab, klontang klontaanggg!
(Angga Angker, 31
Februari 2046)
*6/9/2022
0 Komentar