Ad Code

Responsive Advertisement

Hari ini engkau ...

 Hari ini engkau membuka Tripitaka: Sutra, Vinaya, dan Abhidhamma. Lalu membacanya pelan-pelan hingga yang dapat kusimak hanyalah gerimis yang jatuh di lengkung daun kamboja depan rumah. O-mi-to-fo. Aku menggigil. Sepi ini benar-benar merangkulkan geming. “Saat Siddhartha bertapa dan bertarak di bawah pohon boddhi, aku membayangkan tubuhku adalah pohon itu.” Katamu berceracau tanpa memperhatikan gerakku. Aku minum kopi yang kau buat dengan meditasimu semalam. Getir hawa nafsu tak ikut larut dalam adukan. “Kenapa kau membayangkan sebagai pohon itu?” Kuhisap rokokku dan udara mengunyah asapku. “Sebagai sebuah pohon: aku teduh dan rindang. Kebencian tak pernah seperti yang demikian.” Pencerahan. Makrifat. Kasih-sayang. Pengetahuan terdalam. Ia bukan seorang biksuni. “Aku memang tak punya keinginan menerjang batas. Daya dan upaya jadikanlah kapas, yang terhempas ke mana saja ia lepas!” Itukah pelepasan, nirwana yang dicita-citakan?[]

https://www.pexels.com/photo/person-pouring-coffee-in-white-ceramic-mug-1879321/
*Ditayangkan di jejakrancak.wordpress.com pada 4 Mei 2021; ditulis pada 23/12/2018.

Posting Komentar

0 Komentar