Berpikir itu perlu, untuk jongkok misalnya. Jongkok agar tidak njojlok dan njeplok memerlukan pikiran yang mengantisipasi risiko masa depan. Apabila Anda jongkok dan jeplok atau njojlok, maka partikel kuantum menghantarkan bunyi gedebok atau gedebuk, dan sesuai dengan hukum ketiga Newton, aksi-reaksi, niscaya ia akan memiliki pengaruh pada kehidupan di kemudian hari.
Inilah yang kita sebut secara romantis sebagai “efek
kupu-kupu” (butterfly effect). Pada level kuantum, pikiran dan kesadaran
turut mengontruksi jembatan Suromadu. Jembatan Karangpilang suatu hari di masa
lalu pernah memerosokkan seorang bocah ke sungai. Ingatan kita merekamnya
sebagai peristiwa bajol mangan aspal. Bajol kroman, atau yang
secara terminologis dikenal sebagai bajol daden-daden, merupakan istilah
yang diserap dari bahasa Yunani Kuno, sebuah keadaan magis dan saintifik di
dalam keluguan pikiran.
Jadi bagaimana? Sudah tahu lebih baik bagaimana membuat
pikiran Anda jongkok? Ulangi membaca kembali celoteh ilmiah yang ditulis sambil
berjongkok ini.
*7/6/2019
0 Komentar