Ad Code

Responsive Advertisement

Menjadi pencinta atau penyair

Dalam mitologi Yunani diceritakan bahwa Orfeus, seorang musisi lira amat kondang, tengah merayakan pesta pernikahan dengan seorang nimfe (gadis cantik) bernama Euridike. Di tengah pernikahan, sang istri berlari-lari dan tak sengaja menginjak ular berbisa, yang membuat Euridike meninggal.

Orfeus pergi ke “dunia-bawah” menjemput istrinya sembari bernyanyi dan memainkan liranya. Ia menyenandungkan doa, “Wahai para dewa dunia bawah, penguasa umat manusia, aku datang ke sini untuk menjemput istriku. Seekor ular berbisa yang diinjaknya telah meracuni dan merenggut hidupnya yang masih muda. Kumohon padamu, uraikan benang kematian dini yang menjerat Euridike. Semuanya akan menjadi milikmu. Kami semua akan berakhir di sini. Inilah tempat tinggal kami terakhir. Kalian yang berkuasa atas umat manusia, setelah menjalani kehidupan yang cukup selama beberapa tahun, dia akan menjadi milikmu. Jika takdir menolak mengembalikan istriku, aku bertekad tak pergi dari sini. Kalian boleh mengambil nyawa kami berdua.”

Semua para dewa yang ada di sana tertegun dan terharu oleh senandung Orfeus. Mereka tak bisa menolak doa Orfeus. Euridike dikembalikan ke Orfeus dengan syarat bahwa Orfeus mesti berjalan lebih dulu dan tidak boleh menoleh ke belakang sampai melewati gerbang perbatasan dunia-bawah dan dunia-atas. Jika Orfeus menoleh, Euridike tidak akan boleh pergi dari kematiannya.

Euridike berjalan pincang di belakang suaminya, karena bekas bisa ular yang meracuni kakinya. Dalam keheningan, mereka berdua berjalan berurutan melewati jalan yang landai, gelap, dan terjal, dengan diselimuti halimun tebal. Nyaris mendekati ambang pintu, karena (barangkali) takut kehilangan Euridike yang berjalan di belakangnya, Orfeus—yang mungkin tak sabar menatap wajah sang istri—menoleh, dan saat itu juga Euridike ditarik kembali.

Dia berusaha meraih uluran tangan suaminya dan berharap menggenggamnya, tetapi naasnya dia hanya dapat menggapai angin. Mati untuk kedua kalinya, Euridike tak mengeluh. Satu-satunya kesalahan Orfeus ialah mencintai istrinya.

Pertanyaan kita: Mengapa Orfeus menoleh? Bukankah agar istrinya bisa kembali ke kehidupan dan mereka berdua bisa membangun rumah tangga, maka Orfeus semestinya tak menoleh? Ketakutan Orfeus kehilangan istrinya yang sedang berjalan di belakangnya tampak tak masuk akal. Namun, Orfeus memang sangat mencintai istri barunya, sehingga dia tak sanggup menahan diri untuk tak menoleh.

https://www.thecollector.com/orpheus-eurydice-story/

Atau, barangkali di sini Orfeus membuat pilihan. Dia memilih memotret wujud istrinya yang terakhir kali. Dengan kata lain, Orfeus memilih memiliki memori yang terakhir kalinya tentang istrinya. Itu sebabnya ia menoleh untuk melihat paras Euridike. Dengan demikian, di sini Orfeus tak memilih jalan para pencinta, tetapi memilih jalan para penyair. Namun, jangan-jangan Euridikelah yang, saat tengah berjalan di belakang Orfeus, berbisik, “Menolehlah!” Artinya, Euridikelah yang memutuskan untuk mengambil jalan para penyair.[]

^Ditulis pada 23/12/2022

Posting Komentar

0 Komentar