Ada senyap yang amat, hendak mengucap. Kutelengkan telinga ‘tuk menangkapnya, seperti talam bumi menggeletakkan diri, siap dihamili oleh mani yang muncrat dari langit.
Kemarau, dahaga, rindu, jumpa, kecupan, dan penyatuan.
Sulut pandangan, api cinta, nyala asmara, asap percumbuan, dan kesatuan.
Masih tentang telingaku, kutelengkan menangkap huruf
di tiap inci rindu. Dan memang, sungguh ada senyap yang amat, hendak mengucap.
Kucari-cari tubuhnya dan ingin kutelanjangi.
Siaga, ingat, mengintai, mencinta, dan menyatu.
Bergeleparan pendengaranku mencoba-rengkuh sayup-sayupnya itu. Tapi, yang ada
masih senyap, kusadari tulikulah yang merayap, merambat ke tiap-tiap gelagap
senyap; mengabur, samar, gaflah, tabir, dan lenyap.
Aduh! Kukemanakan tuli pendengaranku bila senyap tak
tuntas kutangkap(?) Senyap, jangan kau lenyap!!
^20/8/2018
0 Komentar