Ada seekor kecoak di sebuah kamar mandi.
Selama ini kan kita menganggap bahwa keberadaan kecoak
tersebut di kamar mandi itu benar-benar ada sekalipun kita tak sedang
melihatnya. Namun, jika pandangan kita dijangkarkan secara rigoris pada
eksperimen celah ganda (double slit experiment) yang amat masyhur dalam
dunia fisika baru, tentu saja kecoak itu tak bisa kita anggap [sepenuhnya] ada.
Adanya kecoak hanyalah satu probabilitas. Probabilitas
adanya kecoak meniscayakan probabilitas ketiadaan kecoak. Ada dan tiadanya
menjadi probabilitas yang setara. Kecoak itu tak bisa kita katakan ada dan juga
tak ada, tak bisa kita katakan tak ada dan juga ada. Dan sebanarnya, bila kita
sungguh menjangkarkan diri pada implikasi filosofis eksperimen fisika modern tersebut,
kecoak itu tak ada.
Kecoak mungkin ada, dan hanya mungkin ada, sejauh
adanya kesadaran yang melihatnya. Tentu saja dari dalil semacam ini pandangan
kita terhadap dunia jadi limbung. Mana mungkin? Mana mungkin sandal yang
kutaruh di pintu belakang tidak ada ketika tak ada kesadaran yang
menyaksikannya? Mana mungkin pohon yang berdiri tegak di depan rumahku menjadi
tiada ketika tak ada kesadaran yang menyaksikannya?
Implikasi filosofisnya di sini adalah bahwa ada “Kesadaran
Kosmos” yang memendar, menyorot, dan melambari sarwa maujud dalam perpetuasi
tak berjeda, sehingga keberadaan sarwa maujud tetap terjaga secara ajek. Tanpa “kesadaran
kosmos” semacam itu (entah kedua “k” dikapital atau tidak), keberadaan pohon di
depan, sandal di belakang, dan kecoak di kamar mandi hanyalah kemungkinan
teoretis, atau katakanlah “objek-objek intelijibel” semata.[]
*21/3/2022
0 Komentar