Kita memahami dua sifat Allah yang mencolok dalam teologi kita, yakni al-rahman dan al-rahim. Kita pun semuanya juga telah lumrah tahu bahwa sifat rahman Allah itu, secara ontologis, adalah mutlak dan tak pilih kasih.
Sifat rahmaniyah Allah melambari seluruh
penjuru, segala arah, siapa saja, tanpa pandang bulu, baik bagi orang yang
syukur maupun kufur, baik mukmin maupun kafir, baik muwahid maupun musyrik, baik
orang yang taat maupun yang maksiat. Allah terus-menerus melimpahkan rahmanîyah-Nya
tanpa pandang bulu.
Berbeda halnya dengan sifat rahimiyah Allah.
Kita telah lazim tahu bahwa sifat rahim-Nya dikhususkan pada orang-orang
pilihan, yakni semisal orang-orang yang mengesakan-Nya dalam setiap luapan
napas, kepada orang-orang yang menghayati kehadiran-Nya di tiap kedipan mata,
kepada orang-orang yang bertakwa serta berbuat amal bajik, dan
perbuatan-perbuatan yang sepadannya.
Secara sederhana, sifat rahman-Nya terbagi-bagikan
kepada siapa saja; sedangkan sifat rahim-Nya terkhususkan pada orang-orang yang
dipilih-Nya.
Aku ingin menarik garis ke bawah, mempertautkam perihal
rahman-rahim dengan persoalan identitas laki-laki dan perempuan. Sebenarnya
[bolehkanlah aku membongkar rahasia] bahwa sifat rahmanîyah-Nya adalah
serupa dengan cinta laki-laki kepada perempuan, yang diumbar kepada siapa saja.
Laki-laki sering kali mengumbar cintanya ke perempuan
siapa saja, sekenanya; sedangkan sifat rahimîyah-Nya serupa dengan cinta
perempuan kepada seorang laki-laki [meski aku tak tahu secara mendalam; tapi
aku merasakan bahwa seorang perempuan itu apabila sedang mencinta, ia akan
merawat betul dengan sungguh-sungguh cintanya hanya kepada satu laki-laki yang
dicintai. Ia ridak mau menoleh lagi kepada yang lain—pengecualian selalu tidak
masuk dalam aturan] … Hal inilah yang dapat kita derivasikan dari persoalan rahman-rahim
ke persoalan cinta lelaki-perempuan.
Rahmaniyah
Allah mengejawantah kepada laki-laki, sesuai dengan prinsip rahman-Nya yang tak
pandang bulu, sebagaimana laki-lali yang gemar mengumbar cintanya; sementara rahimiyah
Allah menampakkan diri pada perempuan, sesuai dengan prinsip rahim-Nya yang
diberikan pada pilihan-Nya (yang benar-benar pantas), sebagaimana cinta seorang
perempuan yang tertuju hanya pada satu laki-laki, bukan diumbar ke seluruh
laki-laki.[]
#
Teman-teman boleh tidak menyetujui pendapatku; karena memang pendapatku pada tulisan di atas sewaktu-waktu pun bisa jadi tidak kusetujui sendiri, sesuai dengan terpaan renungan dan penempaan pemahaman.
^Ditulis pada 11/12/2017
0 Komentar