penyair tua melempar tanda kesah pada tuhannya
“tuhan, sudah
kutelusuri kitab sucimu, tak kujumpai kesucianmu.”
jemarinya memegang
golok peristiwa senja
seolah tumpah
nyawa adalah taruhannya
“di setiap huruf
ada aku.” sepi mengarsir desir
awang-awang
penyair tua menangkap cakrawala
pucuk-pucuk
pepohonan imajinasinya
angan-angan
terbungkus tujuh puluh pemisah
“tidak, kau
hanyalah penanda kosong!” ia merogoh ceruk kantong dunia yang bolong
tak ada apa pun di
dalamnya, tak ada satu pun tinanda
“keraguanmu adalah
milikmu.” nyawa taruhan dibayar penuh
darah tetap
mengasuh kematian iman dan makin benderang
“apakah aku dapat mengimanimu dalam kematian iman?”
tujuh puluh ribu pemisah telah terkoyak oleh tanda tanya
Hyang Nyawa datang bersolek wajah
*26/3/2019
0 Komentar