Ad Code

Responsive Advertisement

Dalam sebuah acara yang diselenggarakan seorang sufi

Dalam sebuah acara yang diselenggarakan seorang sufi, hadirlah seorang pemuda yang semenjak lama memendam dendam pada si sufi tanpa alasan yang gamblang.

Kala melangsungkan makan bersama, pemuda tersebut mengepruk kepala si sufi dengan gelas yang tersedia. Suasana menjelma mencekam. Bukannya membuat si sufi spontan membalas atau minimal mengomeli perlakuan si pemuda, tetapi si sufi malah tersenyum ria.

Si pemuda menjadi celingukan. Ditambah lagi si sufi berterimakasih girang, “Sebab, sebelumnya kepalaku sedang pening, keprukan yang kaulakukan menghilangkan peningnya.” Si pemuda menjadi gelabakan dan terselonjorkanlah dendamnya dalam simpuhan penyesalan.

Kita tentu tahu bahwa kepala si sufi sebenarnya tidak benar-benar sedang pening. Ia membuat alasan tersebut untuk mendekap dendam yang terpendam di dada si pemuda dengan tangan pemaafan tak berbatas dan mengungkai suasana permusuhan dengan cara menjahit tali persahabatan.

Bila disarikan: “Api kebencian yang disemburkan oleh naga raksasa tetap akan terlumat-lumat hingga lenyap di hadapan gelombang air dari samudera kasih-sayang. Sebab, di hadapan air, api akan padam, dan di hadapan cahaya, kelam menjadi benderang.”

^Ditulis pada 9/6/2018



Posting Komentar

0 Komentar