ingin kutuliskan
puisi cepatcepat
dan kutitipkan
kepada senja yang rebah di pucuk samawat
tapi t’lah terlambat
isya mulai bermegapmegap
kutatap atap gelap
yang meratap
kututup katup
mulut dan masuk ke jantung berdegup
merajut gita
tanpa suara
tanpa kata
tanpa tata
tan-kena-kira-apa
selesai
malam kini terurai
di rembulan yang tampak masai
padahal puisi
belum kutuliskan kepada senja
tapi gemintang
berkabut polusi membacakannya pelanpelan teruntuk kematian mata memandang
“dan kemanakah
senja pulang?”
ia ditelan
cerobong pabrik demi perutperut manusia yang kelaparan
*20/4/2019
0 Komentar