Pada purnama yang sebulat bola mataku.. matamu..
padang beranang.. berlinang cahaya.. air mata.. rembulan.. di dada.. kumakamkan
renunganku di ulu hatiku.. tercenung.. murung.. kukurung sayapku di sangkar
jiwaku.. meratap.. merapal dan membaca luber silaunya sinar yang menerpa di
dinding kelopakku..
Aku berdiam diri.. menyaingi bebatuan.. hampir wangi
seperti rekah-rekah mawar.. tapi tak kusemerbakkan selain ke hidungku sendiri.
Sebab aku sendiri.. mengeja hari-hari dan menghitungnya dengan jemari.. Ah!
Cinta tak berbatas. Tak ada ufuk yang lebih ujung selain Cinta.. dan tiada
tuhan kecuali Cinta...
Aku.. berlindung diri dari gelap malam yang siap
melahap khusyuk cintaku.. padamu.. rembulan.. engkaulah wajahnya yang lumerkan
cahaya ke bumi.. ke jagat diri.. ke akalku.. ke hatiku.. ke sekujur tubuhku..
adalah firmanmu! Sebulat purnama, memenuhi bundar renungku.
Dan engkau malam.. selimut gundahku yang lebih gagah
dari segenap laki-laki yang ada. Aku berhasrat dalam hidupku 'tuk bersinggah di
rumahmu, malam. Kepalaku yang mungil bersandar pada pundakmu yang sunyi. Dan
bila Izrail mencabut nyawaku; aku ingin memakamkan jasadku di pundakmu, duhai
malam..
Malamku, malamnya, malam yang kelam bila tiada
purnama. O yang lebih montok dari gadis-gadis yang ada; Engkau purnama
bertelanjang badan di hadapan mataku.. mengajakku bercumbu-rayu,
berkecup-syahdu, dan berpeluk-rindu. Ada aku dan kamu yang lebih lengkap dari
segala abjad, dari segala yang dapat kuungkap dengan sajak; puisi dan prosaku
tak dapat habis-habis, meski tinta sesamudera dan meski kertas dedaunan sehutan
rimba. O purnama; engkau adalah aku.. utuh.. Dengan Cinta.. tanpa sisa..
P u r n a m a.. Malam adalah aku.. dan kamu, duhai
purnama, telah nekat menghabisi tubuhku dengan cahayamu, cahaya-Nya.. Hingga
tubuhku kaku, kuyu, layu, berpeluh kasihmu.
P u r n a m a.. adalah dia yang maha esa.. Dan aku
adalah bagiannya.
*5-8-2018
0 Komentar