Ad Code

Responsive Advertisement

Pertanyaan Cunk dalam mendorong gerbong semakin jauh

“Mengapa bentuk piramida seperti itu?” tanya Cunk. “Apa untuk mencegah tunawisma tidur di atasnya?”

Pertanyaan itu diajukan ke seorang profesor ahli Mesir Kuno. Barangkali pertanyaan semacam itu tak pernah dibayangkan oleh para arkeolog dan bahkan Egiptolog (ahli Mesir Kuno) itu sendiri. Mungkin pertanyaan Cunk terdengar konyol, tetapi poin utama yang ingin kusoroti ialah bagaimana kita bisa menyodorkan pertanyaan baru pada kasus yang bahkan begitu kuno.

Kita tahu bahwa pengetahuan dan beragam derivasinya dihasilkan melalui penyelidikan dan penelitian, dan keduanya bertolak telaah dari pertanyaan. Artinya, pengetahuan dan beragam derivasinya menyembul karena distimulasi oleh hal paling simpel dan diajukan dengan begitu lugu, “pertanyaan”—yang dilandaskan pada kuriositas.

Menggubah pertanyaan baru biasanya lebih sulit ketimbang mendatangkan jawaban, terlebih seperti pertanyaan Cunk di muka, yang penuh tilikan segar dan menantang. Jika kita hanya bisa mengajukan pertanyaan yang sudah ditanyakan orang lain, arah penyelidikan kita akan tiba di tempat yang sama di mana orang lain sudah pernah ke sana, yang artinya sama sekali tak membuat pengetahuan baru muncul.

Cunk di dalam Cunk on Earth (2022) menerobos batas-batas kemapanan korpus pengetahuan, seperti, dan bahkan melampaui, para saintis yang berani mengajukan pertanyaan-pertanyaan baru untuk terus membuat peradaban tetap bergerak—terlepas dari geraknya ke mana.

Sumirnya, pertanyaan baru dan mempertanyakan hal yang sudah mapan merupakan tulang punggung dari suatu peradaban dan kebudayaan. Lalu, “Apakah ada batasan, atau bahkan apakah perlu ada batasan, bagi kuriositas manusia?”

*1/2/2023



Posting Komentar

0 Komentar