Ad Code

Responsive Advertisement

Selamat Idulfitri

 Semalaman kita memandang tubuh-sendiri yang ringkih karena ditakbiri berkali-kali, agar fitri bagai bayi.

Semua kembali, pada noktah yang tak dapat diduga seperti apa, seperti bagaimana. Kita kembali, pulang, ke rumah. Pulang ke kampung halaman ‘tuk memperbarui angka-angka yang pernah tertumpuk di segala dada.

Mengelap sampul buku-buku yang ditumpuk di gudang belakang, yang telah terhiraukan. Mengoreksi kesalahan kata karena bahasa raga dan jiwa. Namun, kita tak dapat lenyap dari segala yang telah melingkupi diri, hanya dapat menunda konsekuensi-konsekuensinya yang terjumlah.

Dari segenap penjumlahan beruntun-runtun detak jantung yang belum berujung, akan dapat dipergoki berapa degup yang berjuntrung, yang memuarakan kita pada peristiwa beruntung.

Seperti dirangkum antara “yang-silam” dan “yang-akan', kita bergelayutan dalam “yang-sekarang”; menghitung baris-baris puisi yang telah ditabung di dalam ilafi.

Cemas, bimbang, dan riang menggerutu dalam pacuan karnaval waktu. Tetapi dengan satu putaran ke matahari, sapuan Kenyataan menahbiskan mimpi dan meluruhkan ilusi. Kendati belum kunjung habis hari-hari yang akan mengepung diri, sembari menanti napas mengembuskan akhir dari seabrek diksi, pendengaran kita tetap dikejar-kejar takbir demi takbir yang meruak di seluruh pori-pori.

Lalu kita menghitung hari kembali, seperti sediakala, seperti tak pernah terjadi apa-apa. Dan inilah kita: menghitung lupa.

Selamat Idulfitri…



^Ditulis pada 5/6/2019

Posting Komentar

0 Komentar