Ad Code

Responsive Advertisement

Jagat imajinal selalu lebar ketimbang ruang nalar.

Jagat imajinal selalu lebar ketimbang ruang nalar. Ini bukan ihwal tendensi sastrawi: tidak sama sekali. Bukankah kita merasakan bahwa operasi nalar selalu menekankan koherensi dan korespondensi; serta elastisitasnya hanya pol melentur pada ‘kemungkinan-kemungkinan’ yang [tetap saja] bersandar pada kausalitas—meski empiris boleh secara acak. Sementara sebaliknya, dunia imajinal merupakan kebebasan ekspresi paling puncak. Kita bermain sesuka-suka; kita boleh menyusun, membangun, membongkar, merobohkan, atau mendiamkan. Arrgghh! Di sana kita bisa berdialog dengan diri sendiri, berceloteh sekehendaknya, tanpa pernah dituding sedang ‘sakit jiwa’! HAHA


^Ditulis pada 13/3/2018

Posting Komentar

0 Komentar