Ad Code

Responsive Advertisement

Kasur, tempat orang malas, dan yang tak dipikirkan sebagian besar orang

The Beatles, dalam Strawberry Fields Forever, mendeklarasikan sebuah syair, living is easy with eyes closed. Tapi, pasti tidak masuk akal untuk melanjutkan hidup ini tanpa menghadapinya dengan mata kita.

Secara kebetulan, konotasi kasur sering merujuk pada penghujung aktivitas hari kita, tidur. Kita mendengar “kasur”, kita mengaitkannya dengan “tidur”. Sebenarnya, tidur bukan hanya tentang memulai akhir, tetapi juga tentang memulai awal.

Sebagian besar pendapat menstigmatisasi kasur sebagai tempat orang malas, untuk tidur nyenyak. Tunggu. Oke kita bisa setuju dengan itu. Namun, mari kita intip sisi lain. Padahal, sebagai representasi dari tidur, kasur menjadi ikon yang mampu menggambarkan “sisi ketidaksadaran manusia”.

Tidak diragukan lagi, dalam kondisi tidak sadar, manusia dapat ditarik oleh Yang Tak Terbatas menuju alam murni. Oleh karena itu, sebagaimana kita ketahui, sebagian besar visi, wahyu, penyingkapan, dan ilham terjadi dalam keadaan tidur, dalam mimpi. Kita harus tahu bahwa “mimpi” muncul saat seseorang sedang tidur.

Dalam filsafat Islam, “mimpi” adalah kunci untuk bisa melewati alam lain, “alam khayal”. Ini adalah tempat di mana seseorang dapat mengakses kalibrasi keilahian yang tersembunyi. Hematku, secara sederhana, kasur juga merupakan tempat untuk berkreasi, menjadi tempat pencerahan. Poin inilah yang selalu diabaikan dan bahkan tidak dipikirkan oleh sebagian besar orang.

*26/11/2020



Posting Komentar

0 Komentar