“Kemarin kami mabuk karena cawan,” kata Rûmî, “sekarang, cawan mabuk karena kami.” Begitulah penggal gazal yang kukutip dari Annemarie Schimmel Akulah Angin Engkaulah Api.
Bolehkan aku untuk
merubah teks itu menuju maksud esensial gazal Rûmî. Sebenarnya Rûmî ingin
menyampaikan: “Bukan kami (yang) mabuk karena cawan (berisi arak), melainkan
cawan tersebut yang mabuk karena kami.”
Meski Rûmî tak
pernah menawarkan “sistem” dekonstruksi, tapi ia acap menggulirkan dalam
butir-butir gazalnya—bukan hanya Rûmî, melainkan hampir seluruh penyair sufi.
Begitulah watak sufisme (yang dipahami) sebagai korpus weltanschauung,
ia selalu paradoks.
Dekonstruksi
memang bukan sekadar paradoksalisasi atas realitas. Tidak! Toh, dèconstruction
bukan apa-apa. Tangguhkan dengan différance. Tangguhkan! Maksudnya adalah:
Lupakan! Lupakan! Buang! Karena deconstruction itu (juga) sampah Derrida.[]
*31/12/2018
0 Komentar