Ad Code

Responsive Advertisement

“Kenapa kamu terus menulis ...

“Kenapa kamu terus menulis. Padahal tulisanmu itu tak seelok lembayung senja yang muncrat dan tak sesumirat fajar bergeliat?” cercaku.

“Tak apa. Aku ‘kan terus menulis. Meski tulisan ini tak seasri rambutku yang acap kau sisiri dengan belai jemarimu yang jenjang, tapi ada taburan gemintang yang selalu coba kurajut jadi rasi gagasan. Beberapa orang dapat melihatnya, beberapa yang lain tidak. Bukankah setiap tulisan akan berjumpa dengan mata pembacanya?” belanya.

“Apakah setiap pencinta selalu berjumpa kekasihnya?” kejarku.

“Tidak! Karena rindu harus ada di antaranya.” jawabnya.

“Begitu pula dengan tulisanmu, kan?” sergahku.

“Tapi rindu tiada bagi mereka yang tidak mencinta,” timpalnya.

 

*22/12/2018



Posting Komentar

0 Komentar