Sebenarnya, realitas dapat tercipta melalui pikiran. Yang kumaksud “pikiran” di sini adalah keteguhan hati yang kokoh untuk meyakini benar-adanya. Dalam kosakata agama, kita menyebutnya keimanan. Nabi Isa pernah berkata bahwa keimanan dapat memindahkan gunung yang menjulang.
Secara sinematik,
ada sebuah film yang berjudul Ruby Sparks. Film tersebut mendayung
premis perihal pikiran yang dapat menciptakan realitas, bercerita tentang
seorang novelis yang mengayuhkan penanya sembari memproyeksikan sosok perempuan
sebagai tokoh utama dalam narasinya.
Dengan keyakinan
yang kukuh, tokoh utama tersebut dapat mewujudkan diri secara riil. Ini memang
absurd, nonsens, bahkan bila dipraktikkan akan menjadi usaha yang nihil—tentu
bagi yang tidak mempunyai keyakinan kokoh. Sebab, seperti titik tolak tulisan
ini, keyakinan pikiranlah yang menyuntikkan keajaiban yang memang tak dapat
diduga oleh lazimnya nalar. Kedokteran holistik menyadari hal itu. Kesehatan
tak lagi berkutat pada orientasi fisik.
Gambar Anthony Russo |
Upaya holistikasi
merupkan sinergisitas mind-body, yang ternyata mind-lah sebagai
kendali tubuh. Penyakit merupakan penyebab tertancapnya pikiran untuk
melegitimasi adanya. Oleh karena itu, keyakinan dan harapan positif (selalu
sehat) akan menghasilkan realitas yang demikian.
Harapan memang
selalu berurusan dengan masa depan, imajinasi yang menjulurkan gambarannya.
Jadi, proyek hidup musti digelayutkan pada imajinasi harapan dengan ikatan
keyakinan yang kuat. Imajinasi memang seorang arsitek, sedangkan keyakinan
merupakan para tukang dan kuli bangunan yang siap mewujudkan secara konkret.
*10/20/2018
0 Komentar