Ad Code

Responsive Advertisement

Ekologi-Dalam (deep ecology) dan Ekologi-Dangkal (shallow ecology)

Dalam merumuskan suatu pandangan-dunia yang holistik dan ekologis mungkin terlihat susah karena kerumitannya menganalisis dan membedakannya. Secara sederhana, para ekolog membagi menjadi dua arus pemahaman, ekologi-dalam (deep ecology) dan ekologi-dangkal (shallow ecology) [Hal ini dapat dikenyangkan oleh bacaan yang tersedia secara melimpah-ruah. Tapi, mari kita lekas beranjak dari sesuatu yang telah dituliskan].

Pembedaan tersebut terletak pada “nilai intrinsik” yang dibebankan pada suatu ada/entitas [mencakup segala fenomena (an)organisme]. Secara sederhana dapat kuberi contoh: Bila Anda seorang ekolog-dangkal, maka ketika saya bertanya, “Kenapa kau meminggirkan batu yang membuat kakimu tersandung?” Anda akan menjawab, “Agar apabila ada orang lain melewati jalan ini, tidak mengalami lagi (yakni tersandung) apa yang telah kualami.”

Tentu kepedulian itu didasarkan pada kepekaan agar kaki orang lain tidak sakit karena tersandung batu. Tetapi bila Anda adalah seorang ekolog-dalam, Anda akan menjawabnya, “Karena aku tidak ingin batu ini disakiti oleh injakan/tendangan kaki manusia; aku kasihan dengan batu ini.” Jelaslah bahwa perbedaan orientasi kepedulian benar-benar mencolok, yaitu memandang batu sebagai ada/entitas yang memiliki nilai intrinsik.

Sebagai contoh lain: dikarenakan Anda adalah seorang seniman, lalu Anda berceletuk, “Alam itu begitu indah, memberiku inspirasi bagi kreativitas.” Atau saat aku bertanya, “Kenapa kamu harus peduli dengan alam?” dan Anda menjawab, “Alam harus dijaga dan dilestarikan agar masih ada masa depan bagi umat manusia.”

Melalui dua jawaban di atas, dengan seketika seseorang akan menghakimi Anda, “O, kau ternyata seorang ekolog-dangkal.” Namun, ketika aku bertanya, “Kenapa kamu peduli dengan reklamasi?” dan Anda menjawab, “Laut harus tetap ada sebagai laut, sebagaimana kepala manusia harus tetap ada selama hidupnya. Terhadap laut, tak boleh ada penyempitan atau artifisialisasi melalui intervensi eksogen, yakni manusia; kecuali kalau memang masyarakat laut itu sendiri, yang secara alamiah, ingin mendekorasinya melalui tenaga endogennya.”

Dengan jawaban pamungkas itu, seseorang akan bersaluir pada Anda, “O, kau seorang ekolog-dalam,” dengan tersenyum. Oke, setelah kita mengatahui perbedaan itu dengan mudah, mari kita beralih pada problem yang lebih pelik lagi….

*14/4/2019



Posting Komentar

0 Komentar