Ad Code

Responsive Advertisement

Bolehkah aku menceritakan tangis seruling padamu

Bolehkah aku menceritakan tangis seruling padamu, pada dikau heyy telingaku? Hanya entah yang kesumat pilu dan ratap murung atas redup hidupmu.

...., tidak! Nyanyian tak boleh berhenti, biar lirih rintihan menggeliat, pada ‘cerlang’ juga ‘kelam’, pada ‘hasrat’ juga sedang ‘melarat’. Sapuan harpa dari irama gurindam yang terpendam........ O

... “Mana-mana?”

.. “Sana-sana!”

Tangisanmu telah ke sana melanglang, sayang. Yang menyungai di kering bohlam-bohlam lebam mataku. Jangan bertikai pangkai tentang tangkai duka nan menyelar langkah kita bergantian gontai.

Bolehkan aku beralih memainkan gitar pada getar taman yang mendada?

Jangan diam! Aku telah tulis lirik pada larik celak gemawan di situ, di rancak gerak semangatku, di sana, di terang cakrawalaku.

“Sayang, lalu bagaimana dengan seruling, sudahkah kau sudikan untuk aku yang melengkingkannya?”

Sudihi, kekasih. Biar kusudahi semua ini.

..., yang pada akhirnya lamat-lamat guratku hanya menjadi pelanggan hunus netramu.

Semoga seluruh, terikat rindu.

*28/11/2016



Posting Komentar

0 Komentar