Kita masih sama, masih sama-sama membasuh darah di dada dan menyeka nanah di kepala. Adalah cemas, yang berhulu dengan waktu dan berhilir entah tanpa pernah tahu.
Luka kita, nganga luka yang mengepung tingkah, meronta
tanpa dapat ditunda. Dan duka. Dan resah. Dan gelisah. Dan napas terdampar,
seperti behilir-mudik di komedi putar, hingga nanar.
Pening menyedak, merasa mual, lalu muntah. Dan kaki
kita tetap di sini, mengalami getir, berlari-lari di belukar mayapada, menukar
mimpi dengan kenyataan, menagih janji pada impian.
Tersengal, terengah-engah, sesak, dan pungkas, hingga
lunaslah tagihan kehidupan. Dan kita masih sama. Masih sama-sama punya cemas
yang serupa: ke(ber)adaan.
*15/7/2018
0 Komentar