Saat malam tiba, pertanda mataku musti berjaga-jaga, di depan pintu masa, di antara cepat kelebat kecewa yang pernah, dan lamat-lamat harapan yang entah: jukstaposisi di dalam hati...
Dan perhatikanlah, Ge(l)isah, kini telah kusiapkan
sekuntum puisi mesra di beranda rumah dan secarik bunga gladiola di dekatnya.
Dan pada saat kamu memetiknya, lalu perlahan membacanya, lekaslah telingamu
disambut urai suara murai, dari atas kanopi yang landai, merdu kicaunya turun
menjuntai, yang sengaja kurangkai dari diksi-diksi yang terbengkalai.
Lalu setelahnya, apakah kamu bersedia masuk dan
singgah? Di situlah keputusanmu dan keputusan Tuhan beradu karsa.
*22/10/2019
0 Komentar