Ada berbab-bab mata air yang mengalir di rak-rak yang mendongak dan kesiur angin meniupkan derak ke mata bercelak.
Buku selalu menyingkapkan kelak dari kekinian yang
senantiasa bergerak. Lampau yang berkerak, bergidik beku meretak lupa yang
tergeletak.
Rak-rak itu, berjajak adab dalam abad, abad dalam
abjad, abjad dalam debat, debat dalam derap, dan derap-derap gagasan yang
lamat-lamat menggumpal mengasuh sarwa jagat....
Adalah rak berombak di dalam renungan, di dalam
pikiran, di dalam sembahyang, di dalam pengalaman, di dalam kebermukiman, dan
di dalam hela napas-kedipan yang merangsek kejahilan dalam tubuh peradaban,...
sebagai kebudayaan yang merasuk dan menjalar di dalam nalar,... tak
berkesudahan....
“Perpustakaan,” kata Borges, “adalah pintu memasuki
Waktu.” ...
Lalu kalau kau tanya padaku, “Apa itu Waktu?” Maka aku
menjawab, “Waktu adalah aku. Maka bacalah aku hingga lidahmu kelu.” Hidup adalah tindak menyuluh kelu, bukan
keluh.
*11/18/2019
0 Komentar