Aku secara formal lulusan salah satu universitas di Surabaya pada tahun lalu. Tapi, bagiku, apa itu wisuda? Oleh karena itu, aku tidak menghadiri upacara kelulusanku. Padahal, bagi orang lain, menghadiri wisuda adalah hal yang sangat penting karena menurut mereka itu momen yang luar biasa, mungkin untuk seumur hidup.
Ketika aku memutuskan untuk tidak menghadiri wisuda,
orang tuaku terkejut. Bagi mereka itu adalah masalah yang sangat besar karena
aku tidak mau hadir di wisuda. Aku mengatakan kepada mereka, terutama ibuku,
bahwa ada tiga tingkatan dalam mengikuti wisuda.
Pertama, orang tua yang
ingin mengikuti wisuda tetapi anaknya bukanlah mahasiswa. Kedua, orang
tua yang ingin menghadiri wisuda dan keinginannya terwujudkan karena ia punya
anak yang hendak diwisuda dan mau datang. Ini sangat normal. Ketiga,
orang tua yang ingin menghadiri wisuda dan memiliki anak yang siap untuk
diwisuda, tetapi tidak hadir.
Tak diragukan lagi, itu adalah hal yang sangat
mencengangkan. Setelah itu, ibuku menganggukkan kepalanya. Itu adalah momen
penting di mana aku berbagi pemikiran eksentrikku tentang tingkat menghadiri
upacara kelulusan. Kebanyakan orang berkata bahwa momen tak terlupakan mereka
adalah menghadiri wisuda anaknya, sedangkan aku berkata bahwa momen yang tak
terlupakan bagi kedua orang tuaku adalah tidak menghadiri wisuda anaknya.
Bagiku, momen itu sangat penting, sehingga aku selalu
dapat mengingatnya. Itu adalah salah satu momen tak terlupakan, dan amat inda, yang
pernah kumiliki.
*15/10/2020
0 Komentar