Berlatih hidup di dalam krisis sebelum krisis sungguhan terjadi merupakan satu bentuk manuver dari berpikir negatif. Seseorang mesti berani membiasakan diri sebagai “yang-bukan” sebelum “yang-bukan-sungguhan” akan terjadi, sehingga ketika “yang-bukan-sungguhan” benar-benar menimpanya, ia sama sekali tak akan terguncang, karena ia telah terbiasa tahan berkawan dengannya.
Pada titik itu, berpikir positif betul-betul
mengekspos pijakan eksistensialnya yang keropos. Berlawanan dengan berpikir
positif, terus-menerus mengguncang diri dengan bermukim dalam simulasi berpikir
negatif niscaya memantapkan fondasi seseorang kalau saja turbulensi riil tengah
menghantamnya.
*6/8/2022
0 Komentar