Ad Code

Responsive Advertisement

Istilah “proyek tanpa prospek”

Istilah “proyek tanpa prospek” sebenarnya lebih masuk akal dilihat dari gigi taring ketidakpastian yang siaga mencabik tubuh dan pikiran kita. Mengeliminasi prospek semenjak inisiasi proyek tentu akan menyelamatkan seseorang dari gigitan nyata ketidakpastian yang akan mengoyak kulit dan mentalnya.

Seseorang mesti menghilangkan prospek “duduk bareng di puadai” ketika ia baru mulai menginisiasi “hai cewek, boleh kenalan dong?” Belum-belum berpikir negatif sebetulnya lebih preventif dan kuratif sejak mula ketimbang berpikir positif yang nyatanya dapat mendorong seseorang ke jurang yang tak pernah diduga-duga.

Dua kondisi ini tentu berbeda: Pertama, seseorang sudah membayangkan bahwa, tak dapat dielak, akan ada senoktah kemungkinan bahwa pernikahannya gagal, dan dia mengantisipasi bahwa kegagalan pernikahan tidak akan menghentikan kehidupannya untuk tetap berdetak. Kedua, seseorang membayangkan bahwa percintaannya akan berakhir bahagia dan membangun rumah tangga terhebat di dunia, dan bahkan di alam sorgawi, yang nyatanya tak lama kemudian pasangannya tepergok selingkuh—yang sama sekali tak pernah masuk ke dalam perhitungannya. Betapa remuk dirinya yang hanya siap dengan angan-angan sorgawinya belaka.

Ajaran berpikir positif jika diikuti dengan taklid buta yang mencengkeram di ubun-ubun memang akan membawa seseorang, entah ke suatu ruang yang memang diharapkan atau malah ke antah-berantah yang tak dikenali, yang belum pernah dideteksi.

Berpikir negatif selalu memasukkan unsur “antah-berantah” tersebut ke dalam pencandraannya, sehingga orang sudah siap kalau-kalau dia harus tersungkur mampus sekalipun—yang tak pernah dibayangkan oleh para prajurit pengidam angan-angan sorgawi belaka.[]

*5/8/2022 



Posting Komentar

0 Komentar