Segelas kopi ini selalu ada di hadapanku. Ia hadir di depan mataku. Memang gampang bagiku untuk menyadari kehadiran objek, dalam hal ini, segelas kopi ini. Akan tetapi, amat sering aku tidak menyadari yang mendasari kehadiran segelas kopi ini.
Apa itu? Yaitu, “kehadiran dari kehadiran”. Kehadiran
dari kehadiran bukanlah kehadiran yang terlepas dari kehadiran segelas kopi,
atau yang pada segelas kopi ini “kehadiran” itu ditambahkan—tidak seperti itu—melainkan
ia adalah murni kehadiran itu sendiri.
Ringkasnya, secara perseptual kita menangkap distingsi
dua kehadiran: “kehadiran segelas kopi” dan “kehadiran dari kehadiran”. Namun,
secara intuitif kita mencerap tak ada dualitas darinya, kita tak
mendiferensiasi keduanya, tak melihat ada disparitas di antara keduanya, dan kita
melihat keduanya sebagai kesatuan-yang-tak-terbedakan: kehadiran kopi sekaligus
secara serentak kehadiran dari kehadiran. Yang terakhir ditangkap dari yang
pertama, dan yang pertama mencuat begitu saja pada yang terakhir.[]
*5/9/2022
0 Komentar