Tidak ada manusia yang hidup di dunia ini tanpa menginjakkan kaki di lantai, lantai apa pun dan di mana pun. Kita tidak dapat membayangkan bahwa orang normal, bukan orang cacat, tidak pernah menginjakkan kaki sama sekali.
Lantai adalah tempat pijakan untuk bisa tetap berdiri.
Tanpa lantai, posisi kita kehilangan pijakan dan kita akan langsung jatuh entah
ke mana. Tanpa lantai, kita pasti akan tenggelam di antah-berantah. Karenanya,
lantai adalah tumpuan yang menopang kita. Jadi, bagiku, lantai bukan sekedar
lantai, seperti keramik, ubin, paving, marmer, karpet, granit, dan lain
sebagainya, tetapi segala sesuatu yang membuat kaki kita tetap berdiri,
menopang kita.
Secara intelektual, lantai adalah alas tempat kaki
kita berpijak—pijakan yang bukan hanya bentuk fisik, tetapi juga bentuk mental
atau ideasional. Pijakan tersebut bisa berupa ideologi, agama, sekte, isme,
dogma, peraturan, doktrin, identitas, atau bahkan akun Instagram.
Jadi, lantai, pijakan, adalah landasan penting untuk
mengarahkan, menghentikan, memaksa, melarang, dan bahkan memusnahkan siapa pun
yang berpijak. Berbicara sebuah lantai sama dengan membahas kompleksitas
tentang apa dan di mana manusia berada.[]
*5/2/2021
0 Komentar