Seorang penyair menulis sihir di syair-syairnya yang terakhir. Ada wujud waktu bergaris yang bertaburan di setiap pergantian baris. Seperti abu tertiup angin: mengelupas dingin. Kekalutan; kekacauan; kerusakan.
Napas yang terhirup menguncup jantung makna. Napas
yang terembus menghunus relung kata. Permenungan. Gunung dan mitos suci. Alinea
tanpa nyawa. Dia menyembah pena raksasa. Persetubuhan. Bermandi nanah yang
tersumbat di pipa lembaran-lembaran terjaga.
Tak terucap saat bibir mencecap baris-baris ratap.
Matanya tergantung pada kalung lembayung. Pipinya dikepung perbukitan renung.
Pohon-pohon tenung. Sihirnya sirna---semenjak kedua tangannya tak lagi memegang
takdir dari jiwa kata.
*26/12/2019
0 Komentar