Pagi adalah wangi kopi yang semalaman diantarkan kabut mimpi. Bergegas, membaca batas, dan mengarsir kelokan-kelokan yang dapat mengusir awas.
Berjaga di tengah-tengah tidur panjang kalimat, subuh
yang menubuh telah enyah menabuh lamat-lamat, ditagih mentari yang lekas datang
penuh niat, mendesak kita untuk memandang “saat”: kekinian yang selalu taat
dalam keadaan salat.
Tidakkah kita lihat, kekinian “saat” adalah hamba
paling taat di tengah-tengah setiap gejala maksiat? Ikut dalam taatnya “saat”,
berjamaah bersamanya, berarti mengajak kita dalam arakan keawasan, kehadiran,
keterjagaan, kesadaran, dan kepenuhan penghambaan. Inilah yang selalu diucap
oleh Udara Yang Mengutas sebagai menguntai napas dan mengintai realitas.
Tenggalam di kekinian “saat” artinya memahat kalimat-kalimat, menanam geliat,
dan menuai niat, di ladang agi yang giat
: Pagi adalah awal bagi kopi menyiram tidur panjang
kealpaan mimpi. Selamat beribadah ngopi dalam keadaan memuisi.
20/4/2019
0 Komentar