Apa yang kita harapkan dari seorang anak kala tumbuh remaja? Kita telah menaruh banyak harapan: ini-itu-ini-itu. Lebih jauh, kita hanya mengharapkan yang enak-enak.
Nahasnya, kita tidak pernah mau membayangkan proposisi
“bagaimana jika” yang amat di luar dugaan, “di luar dugaan” yang di luar
dugaan, seperti bagaimana jika ia kelak hamil di luar nikah dan
berwiraswasta tubuh atau nomor wahid jadi gembong narkoba[?] Mengapa kebanyakan
orang tak mau membayangkan yang demikian?
Barangkali jawabannya sederhana: mereka tidak siap,
dan mereka melihat bekerjanya dunia seolah-olah ada di kendali mereka
sepenuhnya, padahal itu absurd, sebab nyatanya dunia bekerja di luar kendali
dan jangkauan mereka, seperti contoh konkretnya anak mereka—banyak anak dididik
baik-baik dan rapi, tetapi kemudian meleset.
Mengapa kita tak ma[mp]u membayangkan kemungkinan
terburuk (kontingensi) pada anak kita yang potensial terjadi? Seorang sujana
berceletuk, “Orang yang tak sanggup membopong kata tanya mengapa, maka
takkan sanggup membopong segala masalah.”
*19/1/2023
0 Komentar