Bagaimana mungkin seorang jom(b)lo boleh/bisa menginjeksikan pandangannya mengenai sebuah hubungan asmara seseorang (pada level apa pun)?
Sebab, pertama, ia bisa menggunakan kamera
helikopter, yang jelas-jelas tak dimiliki oleh pihak terkait. Kedua, ia
harus memiliki keterbelalakan mata (artinya keluas-luwesan cakrawala), agar
pencandraan yang ia manuverkan tak sembarangan dan serampangan. Ketiga,
sehingga, ia memiliki pembacaan cermat terhadap setiap detail dan cela, yang
tak tersingkapkan pada pihak terkait.
Orang akan mengelak, “teori tak sama dengan
pengalaman!” Ini pandangan kuno, yang tak disadari kesalahannya dan malah terus
diamini. Mana ada teori yang sama sekali tak dijangkarkan pada pengalaman dan
kenyataan konkret?
Teori adalah teoretisasi atas hal-hal konkret, segala
jenis kesemrawutan yang dialami, segala bentuk sengkarut yang dimukimi, yang
diinferensikan dari setiap hal-hal yang terpampang nyata di depan mata, di
hadapan yang terjangkau oleh penyigian.
Inilah mengapa seorang pelatih bisa memberi
pandangannya kepada mereka yang bermain, padahal ia sendiri tak sedang menjadi
pemain.
*9/12/2022
0 Komentar